Rabu, 20 Oktober 2010

Sadarkah Anda!!!!!!!!


Pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim (climate change) belum menjadi mengedepan dalam kesadaran semua pihak. Pemanasan global (global warming) telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya hidup konsumtif).
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan.
Untuk negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang tahun ini tercatat pada rekor dunia ”Guinnes Record Of Book” sebagai negara tercepat
yang rusak hutannya.
Secara umum yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, Serta meningkatnya cuaca secara drastis, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin makin hari makin panas saja. Contohnya di Jawa Timur
bisa kita rasakan adalah Kota Malang dan lain sebagainya.
Meningkatnya suhu ini, ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakityang terus bermunculan seperti demam berdarah, diare, malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu ditangani dan kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Selain itu, ratusan desa di pesisir Jatim terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, indikatornya serasa makin dekat saja jika kita tengok naiknya gelombang pasang di minggu ketiga bulan Mei 2007 kemarin. Mulai dari Pantai Kenjeran, Pantai Popoh Tulungagung, dan pantai lain di pulau-pulau di Indonesia.
Iklim memang mengisi ruang hidup kita baik secara individu maupun sosial, maka tidak mungkin menegakkan keadilan iklim tanpa melibatkan kesadaran dan komitmen semua pihak. Bahwa tidak bisa dibantah, kita hidup dalam dunia yang sama, sehingga jika ada bagian yang bocor dan tidak seimbang, itu semua merupakan ancaman bagi kita semua. Maka kita semua harus mengubah gaya hidup kita untuk tidak konsumtif. Sebab dengan begitu kita bisa menempatkan apa yang kita butuhkan bisa ditunda tidak, yang harus kita beli membawa manfaat atau tidak dan yang paling penting barang yang kita konsumsi itu berpengaruh dengan kerusakan lingkungan sekitar kita apa tidak??
Dari adanya global warming itu berkaitan dengan teori sosiologi setelah comte, yang termasuk ke dalam mazhab geografi dan lingkungan yakni sebuah teori yang dikemukakan oleh Edward Bucle dari Inggris, dimana dia telah menemukan beberapa keteraturan dari hubungan antara keadaan alam dengan manusia. Dimana, kita sebagai manusia yang menghuni bumi ini, sebaiknya kita menjaga lingkungan sekitar kita, dimana itu menyangkut bagaimana kita menggunakan barang yang kita konsumsi yang tidak merugikan ataupun merusak lingkungan kehidupan kita, karena kita sendiri yang akan merasakan resiko yang akan ada nantinya. Bahkan taraf kemakmuran suatu masyarakat juga sangat tergantung pada keadaan alam dimana masyarakat itu hidup. Semakin manusia mampu mengendalikan dirinya dalam kehidupan, dan juga mampu mengatur lingkungan hidupnya, maka akan terciptalah suatu kemakmuran dalam hidupnya.
Ini semua adalah cerminan bagi mereka yang berusaha dan sadar sepenuh hati demi keberlanjutan kehidupan sosial yang berkeadilan secara sosial, budaya, ekologis dan ekonomi. Namun, itu semua juga tergantung pada diri individu masing- masing, atas kesadarannya, apakah ia akan mengembangkan dunia yang akan semakin panas, ataupun mengubah hidupnya untuk tidak komsumtif yang akan mensejahterakan kehidupan semua pihak, tindakan seorang individu sangat berpengaruh untuk kehidupan seluruh manusia di dunia ini.
Untuk kebijakan pemerintah sendiri seharusnya membuat peraturan untuk menetapkan jeda tebang hutan di seluruh Indonesia agar tidak mengalami kepunahan dan wilayah kita makin panas. Menghentikan pertambangan mineral dan batubara seperti di Papua, Kalimantan, Sulawesi, hal ini bisa dilakukan dengan bertahap. Selanjutnya kebijakan dengan mempraktekkan secara nyata jeda tebang dan kedaulatan energi harus dilakukan jika kita tidak mau menjadi kontributor utama pemanasan global.
Selain itu untuk semua pihak supaya menjaga lingkungan, menghindari terjadinya kebakaran hutan baik disengaja ataupun tidak, melakukan reboisasi, mengelola SDA dan lingkungan sebaik mungkin. OKE semua, ayo peduli lingkungan.jaga lingkungan, jaga bumi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar